Kamis, 21 Juni 2012

Abasiyah, Geliat Politik dan Sastera






Setiap kita akan terbetik dalam pikiran kita. Mendengar, membaca setiap hari dari berita, kata orang atau pun tulisan yang berkenaan dengan politik. Maka kata yang sering didengar adalah semua demi kepentingan diri dan golongan. Tidak bisa  dipungkiri itulah kenyataannya. Tentu ini terjadi bukan saat ini saja atau di zaman modern. Melainkan sudah ada sejak terdahulu. Juga seperti itu. Politik. 

Ketika kita membahas dinasti Abasiyah  maka zaman Umayiah tak akan terlupakan. Karena ada peradaban besar dalam perjalanan sejarah umat Islam. Pertama masa Umawiyah dan Kedua masa Abasiyah. Maka yang terlintas dalam benak kita adalah sebelum kita membahas lebih dalam lagi tentang Abasiyah. Terlontar pertanyaan, sebab fundamental yang menyebabkan berdirinya dinasti Abasiyah?


Abasiyah ini telah melewati sekitar 7 Abad. Di sana banyak percampuran agama, politik dan banyaknya perubahan dari sisi budaya dan sosial. Saat itu peradaban mereka sangat maju bahkan mempunyai budaya sangat tinggi . 

Muncul masa Umawiyah setelah tebunuhnya Imam Ali pada tahun 17 Ramadhan tahun (40H – 660 M) dan akhirnya Imam Hasan digantikan oleh Muawiyah pada awal Robi’ul Awal tahun 41 H. Dan terus berlanjut ke generasi Umawiyah sampai tahun 132 H. Masa ini jika kita bisa katakan terbagi menjadi 3 partai poliik besar  :


Pertama : Penolong bani Umaiyah. Kedua : Penolong Ali Ra. Ketiga: Khowarij
Sekarang kita mempelajari perjalanan histori dari berdirinya masa Abasiyah. Sebenarnya ajakan terhadap pendukungan terhadap Ahli bait sudah lama, saat Nabi meninggal dunia. Maka ajakan untuk kaum Muslimin untuk terus memberikan dukungan kepada Ahli bait. Tapi masih sedikit dari mereka yang mendukung atas usulan itu. Dan kurang support dari bangsa Arab saat itu.

Maka lama – kelamaan itu menjadi suatu perkumpulan yang terkenal sampai saat ini, dengan nama Syiah. Dan membuat sistem untuk menggulingkan dinasti Umaiyah . Ternyata bukan hanya Syiah saja yang berteriak tentang keadilan terhadap dinasti Umaiyah. Tapi, di dalamnya ada Mawali, kelompok non- Arab. Mereka menuntut untuk terus digantikan kepemimpinan dari dinasti Umaiyah. Dan yang berhak untuk menjadi pimpinan dari kaum Musim adalah Quraisy . Itu harapan dari Syiah dan Ahli bait. Saat masa itu fanatisme sangat kental yang dilakukan Umaiyah terhadap semua kalangan. Semua ditindas apalagi dari kalangan non- Arab. Bani Umaiyah Sangat mencintai ketururan dari Arab, tapi bukan dari keturuan bani Hasyim. Maka diakhiri dengan kolaborasi dan terus melakukan konspirasi terhadap dinasti Umawiyah. Dengan bergabung dan bersama antara Syiah dan Mawali dengan tujuan sama, Menghancurkan dinasti Umaiyah.

Di sini penulis mengklasifikasikan terhadap beberapa pembahasan :
 Menilik Singkat Dinasti Umaiyah
 Perjalanan Histori Dinasti Abasiyah
 Sekelumit Perjalanan Sejarah Politk Arab dan Persia Masa Abasiyah
 Manuskrip Sastra Masa Abasiyah
 Penutup

 Menilik Singkat Dinasti Umawiyah
 Asal Mula Bani Umayyah

Bani Umayyah diambil dari nama Umayyah, kakeknya Abu Sofyan bin Harb, atau moyangnya Muawiyah bin Abi Sofyan. Umayyah hidup pada masa sebelum Islam, ia termasuk bangsa Quraisy. Daulah Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan dengan pusat pemerintahannya di Damaskus dan berlangsung selama 90 tahun (41 – 132 H / 661 – 750 M). Muawiyah bin Abi Sufyan sudah terkenal siasat dan tipu muslihatnya yang cerdik, dia adalah kepala angkatan perang yang mula-mula mengatur angkatan laut, dan ia pernah dijadikan sebagai Amir. Ia mempunyai sifat panjang akal, cerdik cendekia lagi bijaksana, luas ilmu dan siasatnya terutama dalam urusan dunia, ia juga pandai mengatur pekerjaan dan ahli hikmah.

2. Peta Daerah Perkembangan Islam Pada Masa Kejayaan Bani Umayyah Dalam upaya perluasan daerah kekuasaan Islam pada masa Bani Umayyah, Muawiyah selalu mengerahkan segala kekuatan yang dimilikinya untuk merebut kekuasaan di luar Jazirah Arab, antara lain upayanya untuk terus merebut kota Konstantinopel. Ada tiga hal yang menyebabakan Muawiyah terus berusaha merebut Byzantium. Pertama, karena kota tersebut adalah merupakan basis kekuatan Kristen Ortodoks, yang pengaruhnya dapat membahayakan perkembangan Islam. Kedua, orang-orang Byzantium sering melakukan pemberontakan ke daerah Islam. Ketiga, Byzantium termasuk wilayah yang memiliki kekayaan yang melimpah .

• Atsmofer Keagamaan
Pada zaman terdahulu Arab Jahiliy sangat kental dengan tradisi penyembahan terhadap patung. Tapi ketika Islam datang terang menderanglah hati mereka dengan kemulian. Dari kehidupan yang rusak menjadi kehidupan yang tertata dan teratur. Bahkan meninggalkan dunia, dan selalu mencari ridha Allah s.w.t . contohnya Farozdak ia adalah seorang sosok penyair yang terkenal di masa Umawiyah sering dalam syairnya mengambil hikmah dari Al-Qur’an.

• Atsmofer Berideologi
Bahwasanya Islam adalah penyebab fundamental atas perubahan yang terjadi di bangsa Arab terdahulu. Dari zaman ketidaktahuan menjadi tahu. Dari bodoh berubah pintar, klasik ke modern. Itu penyebabnya Islam. Bangsa Arab sebelumnya belum pernah ada kemajuan dalam pemikiran. Ketika Islam datang semua itu berubah. Banyak juga pergerakan – pergerakan keilmuaan dan paling banyak dimintai berkenaan dengan pergerakan ilmu keagamaan. Di dalamnya ada Al-Qur’an, sunnah Nabi , dan hukum – hukum Islam. Tentu yang paling terkenal di masa ini adalah berkenaan dengan Naqoid . Tidak lain kecuali pendalaman dalam syair.

• Atsmofer Politik
Tentu sejarah telah tertulis perpolitikan di masa ini bergitu panas . Dan perspektif umumnya umat Islam mengatakan bahwasanya Umawiyah merampas kekhilafahan atas Ali. Ra. Di sana ada tiga atau mungkin empat partai yang besar memperjuangkan untuk tumbangnya rezim ini. Pertama : Syiah, Kedua : Khowarij. Ketiga : Pendukung Zubair. Dan pendukung Zubair ini berasumsi bahwasanya mengembalikan khilafah ke Hijaz, dan berharap untuk tidak menggantikan kekhilafahan pada saat itu ke tangan Yazid bin Umaiyah. Khowarij berasumsi bahwasanya kekhilafahan di kembalikan ke umat Islam secara keseluruhan. Syiah beranggapan Bani Hasyim yang tepat untuk menjadi khilafah .


Di sana juga banyaknya terjadi koalisi untuk menggulingkan dinasti Umaiyah. Mawali, Syiah, Khowarij. Dengan satu tujuan pegantian khilafah. Antara mawali dan Khowarij sama dan visi mereka. Siapa pun yang menjadi khilafah asalkan bukan Yazid bin Muawiyah. Dan menurut Mawali keadilan yang lebih dituntut oleh mereka, dan memohon kepada dinasti Umaiyah untuk bisa berlaku adil ke siapa pun. Terkhusus non – Arab . Sekarang kita membahas tentang peradaban besar setelah dinasti Umawiyah adalah dinasti Abasiyah. Dan kurang lebih 7 abad sudah dirasakan oleh pemerintahan ini dalam memimpin umat Islam.

Perjalanan Histori Dinasti Abasiyah

Kekuasaan dinasti Bani Abbasiyah merupakan khalifah yang melanjutkan kekuasaan dinasti Ummayah. Dinasti Abbasiyah merupakan kekuasaan yang didirikan oleh keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Yaitu Abdullah Al-Saffan Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Al-Abbas. Pada dinasti Abbasiyah mencapai masa keemasan Islam. Pada masa itu Islam mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban, dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, di tambah lagi dengan banyaknya penerjemah buku-buku bahasa asing ke bahasa arab, dan melahirkan tokoh-tokoh intelektual muslim.

Penulis Mengklasifikasi Menjadi 3 Bagian :
A. Masa keemasan Bani Abbasiyah.
B. Faktor-faktor pendukung masa keemasan.
C. Lahirnya tokoh-tokoh intelektual Muslim.
A. Masa keemasan Bani Abbasiyah.

Dari perjalanan dan rentang sejarah, ternyata bani Abbas dalam sejarah lebih banyak berbuat dari pada bani Ummayah. Pergantian dinasti Ummayah kepada dinasti Abbasiyah tidak hanya sebagai pergantian kepemimpinan, lebih dari itu telah mengubah, menoreh wajah dunia Islam dalam refleksi kegiatan ilmiah. Pengembangan ilmu pengetahuan pada bani Abbasiyah merupakan pengembangan wawasan dan disiplin keilmuan. Kontribusi ilmu terlihat pada upaya Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan putranya Al-Ma’mun (813-833 M) ketika mendirikan sebuah akademi pertama dilengkapi pusat peneropongan bintang. Perpustakaan terbesar dan dilengkapi pula dengan lembaga untuk penerjemahan.
a. Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M)

Khalifah ini dilahirkan di Raiyi pada tahun 145 H, beliau adalah seorang putra dari Al-Mahdi dan Khai Zuran, beliau diangkat sebagai khalifah secara resmi pada tahun 170 H. ketika Harun Al-Rasyid memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga pemberontakan. Luas wilayahnya mulai dari afrika utara hingga ke India. Pada masanya hidup pula para filosof, punjaga, ahli baca Al-Qur’an,dan para ulama dibidang agama. Didirikan pula perpustakaan yang di beri nama Baitul Hikmah, di dalamnya orang-orang dapat membaca, menulis dan berdiskusi.

Keagungan Pemerintah Di Zaman Harun Al-Rasyid. Pemerintah khalifah Harun Al-Rasyid merupakan pemerintahan yang baik dan terhormat, bersih dan penuh kebijakan serta paling luas daerah pemerintahannya. Beliau adalah seseorang sastrawan pencipta cerita-cerita lama dan syair-syair. Di zaman pemerintahannya itu baitul mal di tugaskan menanggung nara pidana dengan memberikan makanan pada setiap orang. Penyebab kekhalifahan Harun Al-Rasyid menjadi masyhur adalah naunganny atas ilmu pengetahuan, dan mendirikan Baitul Hikmah yang merupakan sebuah institusi kebudayaan dan pikiran cemerlang ketika itu, dan merintis jalan ke arah kebangkitan Eropa. Dan yang paling utama adalah buku “Seribu Satu Malam” yang telah menduduki tempat paling atas dibidang kesusastraan dunia .

b. Al-Ma’mun (813-833)

Khalifah Al-Ma’mun lahir pada tahun 170 H / 786 M. bertepatan dengan diangkatnya bapaknya yaitu Harun Al-Rasyid menjadi khalifah Bani Abbasiyah yang ke enam. Abdullah Al-Makmun diangkat menjadi khalifah Bani Abbasiyah yang ke delapan setelah saudaranya yaitu Al-Amin meninggal dunia. Beliau dilantik oleh khalifah Harun Al-Rasyid, Al-Ma’mun menyandang gelar khalifah pada tahun 198 H. di zaman Al-Ma’mun itu bermulalah kerajaan Tahiriyah, hasil dari pelantikan terhadap Thahir bin Al-Husain sebagai Amir atau pemerintah bagi wilayah Khurrosan pada tahun 205 H.


Kerajaan Tahiriyah ini berkelanjutan hingga tahun 259 H. di zaman itu juga bermula kerajaan Ziyadiyah hasil pelantikan terhadap Muhammad bin Ibrahim As-Ziadi, sebagai Amir di negeri Yaman dan Tihamah pada tahun 203 H. Al-Ma’mun merupakan salah seorang tokoh khalifah Abbasiyah yang paling terkemuka, intelektualnya dan kecintaan kepada ilmu pengetahuan serta jasa-jasanya dibidang tersebut yang telah meletakkan dirinya di puncak daftar khalifah-khalifah Abbasiyah. Di Baitul Hikmah beliau mengumpulkan berbagai ilmu pengetahuan asing, dan memerintahkan supaya dibeli dan dikumpulkan untuknya buku-buku karya beberapa bangsa asing, dan memerintahkan supaya diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Pada zaman itulah muncul filsafat Arab yang agung, yaitu Al-Kindi yang menulis mengenai beberapa ilmu pengetahuan . 

Ciri-ciri yang nampak dari dinasti Bani Abbasiyah yang tidak terdapat di zaman Ummayah antara lain :

1) Dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi jauh dari pengaruh Arab. Sedangkan dinasti Bani Ummayah sangat berorientasi kepada Arab.

2) Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas. Lembaga-lembaga yang menjalani perkembangan pada masa pemerintahan Bani Abbas diantaranya :

a) Maktab / kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan, dan tulisan dan tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu agama seperti tafsir, hadits, fiqh, dan bahasa.

b) Perpustakaan dan akademi, perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis, dan berdiskusi.

B. Faktor-faktor pendukung masa keemasan.
Melihat perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal tersebut sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai Bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Ummayah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Di samping itu, kemajuan itu paling tidak, juga
terdapat faktor-faktor pendukung antara lain, yaitu :

a. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan, asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Pengaruh Persia sangat kuat dibidang pemerintahan, selain itu juga berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran, matematika, dan astronomi. Sedangkan pengaruh yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat .

b. Gerakan terjemah yang berlangsung dalam tiga fase.

Fase pertama, pada masa khalifah Al-Mansyur hingga Harun Al-Rasyid, dalam menerjemah karya-karya di bidang astronomi dan mantiq.
Fase kedua, berlangsung mulai masa khalifah Al-Ma’mun hingga tahun 300 H. buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran.
Fase ketiga

berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluasnya.

C. Lahirnya tokoh-tokoh intelektual Muslim.

Secara garis besar perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mencapai puncak kejayaan pada masa Harun Al-Rasyid. Dan ada juga gerakan penerjemah sehingga melahirkan tokoh-tokoh Islam sesuai dengan keahliannya.

1. Perkembangan Ilmu Naqli. Ilmu Naqli adalah ilmu yang bersumber dari Naqli (Al-Qur’an dan Hadits), yaitu ilmu yang berhubungan dengan agama Islam. Ilmu-ilmu itu diantaranya :
a. Ilmu tafsir Al-Qur’an adalah sumber utama dari agama Islam. Oleh karena itu semua prilaku ummat Islam harus berdasarkan kepadanya, hanya saja tidak semua bangsa Arab memahami arti yang terkandung di dalamnya. Maka bangunlah para sahabat untuk menafsirkan, termasuk didalamnya. Thobari.

b. Ilmu Kalam Yang berjasa dalam menciptakan ilmu kalam adalah kaum mu’tazilah. Di antara pelopor dan Ahli ilmu kalam yang terbesar adalah - Washil ibn Atho, Abu Hasan Al-Asyari, Imam Ghazali, Abu Husain Al-Allaf

c. Ilmu Tasawuf Ilmu tasawuf adalah salah satu ilmu yang tumbuh dan matang pada zaman Abbasiyah. Bersamaan dengan lahirnya ilmu Tasawuf muncul pula ahli-ahli
dan ulama-ulamanya, antara lain adalah :
- Al-Qusyairy (W 465 H) kitab beliau yang terkenal adalah Al-Rissalatul Qusy Airiyah, Syahabuddari, yaitu Abu Hafas Umar Ibn Muhammad Syahabuddari, Sahrowardy, (W. 632 H) kitab karangannya adalah Awariffu Ma’arif, Imam Ghazali (W. 502 H) kitab karangannya antara lain : Al-Basith, Maqasidul, Falsafah, Al-Manqizu Minad Dholal, Ihya Ulumuddari, Bidajatul Hidayah, Jawahirul Qur’an, dan lain-lain.

d. Ilmu bahasa Pada masa Bani Abbasiyah, ilmu bahsa tumbuh dan berkembang dengan suburnya, karena bahasa Arab semakin dewasa dan menjadi bahasa internasional. Ilmu bahasa memerlukan suatu ilmu yang menyeluruh, yang di maksud ilmu bahasa adalah Nahwu, Sharaf, Ma’ani, Bayan, Bad’arudh, Qamus, dan Insya.

Diantara ulama-ulama yang termasyhur adalah :
- Sibawaihi (W. 153 H) Muaz Al-Harro (W. 187 H) mula-mula membuat Tashrif. Al-Kisai (W. 190 H) pengarang kitab tata bahasa. Abu Usman Al-Maziny (W. 249 H), karangannya banyak tentang Nahwu.
e. Ilmu Fiqh Zaman Abbasiyah yang merupakan zaman keemasan Islam telah melahirkan ahli-ahli hukum (Fuqoha) yang tersohor dalam sejarah Islam dengan kitab-kitab fiqh (hukum).

- Ahli hadits adalah aliran yaitu : aliran hadits dan ra’yi pemuka dari aliran ini adalah Imam Malik dengan pengikutnya, pengikut Imam Syafi’i, pengikut Sufyan, dan pengikut imam Hambali.
- Ahli ra’yi adalah aliran yang mempergunakan akal dan fikiran dan
menggali hukum. Pemuka aliran ini adalah Abu Hanifah dan teman-temannya
fuqaha dari irak.

2. Perkembangan Ilmu Aqli Ilmu Aqli adalah ilmu yang didasarkan kepada rasio, ilmu yang tergabung ilmu ini kebanyakan di kenal ummat Islam berasal dari terjemahan asing.

a. Ilmu kedokteran Ilmu ini mulai mendapatkan perhatian ketika khalifah Al-Mansyur dari bani Abbas menderita sakit pada tahun 765 M, orang-orang yang terkenal sebagai dokter Islam antara lain.
- Al-Razi (865-925 M) yang terkenal di dunia Barat dengan sebutan Rozes.

Salah satu karangannya yang termasyhur adalah “campak dan cacar” dan
- Ibnu Sina Beliau menulis ensiklopedinya tentang ilmu kedokteran yang kemudian terkenal dengan nama Al-Qanun Fi Al-Thib, dan bukunya ” dianggap sebagai himpunan perbendaraan ilmu kedokteran. Penulis Barat menjuluki Ibnu Sina sebagai “Bapak dokter’

b. Ilmu Filsafat, Al-Kandi. Al Kandi terkenal dengan sebutan ‘Filosuf Arab”. Beliau menganut aliran Mu’tazilah dan kemudian belajar filsafat.
Al-Farabi Ia mengarang buku “Maqasid Al-Falasifah” yang menjelaskan pemikiran-pemikiran filsafat, terutama menurut Ibnu Sina, kemudian ia mengeritik dan menghancurkannya dengan bukunya “Tahaf’ut Al-Falsifah” (kekacauan para filosof). Karangannya yang lain adalah Ihya Ulumuddin.

- Ibnu Rusyd

Dalam bidangan kedokteran terdapat 16 jilid buku yang bernama “Kulliyat Fi Al-Thib” (aturan umum kedokteran) . Dari beberapa permasalahan yang diuraikan di atas dapat kita simpulkan bahwa Bani Abbasiyah merupakan penerus Bani Ummayah pada masa ini, Islam mencapai puncak keemasan dan mengalami kejayaan di berbagai bidang, baik intelektual, ekonomi, dan kekuasaan yang telah melahirkan berbagai ahli ilmu pengetahuan. Keberhasilan tersebut tentunya terdapat faktor-faktor yang menyebabkannya keberhasilan tersebut. Sebagaimana penulis telah menguraikannya.

Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abu al Abbas al Shaffah (750 – 754)M. Dinasti Abbasiyah menjalankan imperium kekuasaannya hampir selama 7 abad yakni semenjak tahun 750 – 1258 M . Dinasti ini runtuh akibat serangan bangsa mongol yang dikomandani oleh panglima besar mereka Hulagu Khan pada tahun 1258 M .
Perjalanan Politik Arab dan Persia Masa Abasiyah

membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi lima periode, yaitu :
1. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M)
Periode ini disebut periode pengaruh Persia pertama. Pada periode ini, pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.


Dinasti Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada perluasan wilayah. Walaupun demikian pada periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar.

2. Periode Kedua (232 H/ 847 M – 334 H/ 945 M)
Periode ini disebut masa pengaruh Turki pertama. Untuk mengontrol kekhalifahannya Al-Ma’mun bergantung kepada dukungan Tahir, seorang bangsawan Khurasan yang sebagai imbalan diangkat sebagai gubernur di Khurasan (820-822) dan jenderal bagi seluruh pasukan Abbasiyah dengan janji bahwa jabatan ini akan diwarisi oleh keturunannya.

Al-Ma’mun dan Al-Mu’tashim mendirikan dua kekuatan bersenjata yaitu; Pasukan syakiriyah yang dipimpin oleh pemimpin lokal dan pasukan Gilman yang terdiri dari orang -orang Turki. Yang penting dicatat di sini adalah kalau pada masa kejayaannya bani Abbas mendapat dukungan militer dari rakyatnya sendiri, pada masa kemunduran ini mereka bergantung kepada pasukan asing untuk dapat berkuasa atas rakyatnya sendiri, sehingga pemerintahan pusat menjadi lemah. Masa-masa berikutnya sampai kedatangan kekuatan Bani Buwaih.
3. Periode Ketiga (334 H/ 945 M – 447 H/ 1055 M)
Periode ini adalah periode masa kekuasaaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua. Abu Syuja’ Buwaih adalah seorang berkebangsaan Persia dari Dailam. Ketiga anaknya : Ali (‘Imad al-Daulah), Hasan (Rukn al-Daulah), dan Ahmad (Mu’izz al-Daulah) merupakan pendiri dinasti Bani Buwaih.

4. Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/ 1194 M)
Periode ini adalah masa kekuasaan dinasti Bani Saljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah atau disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua. Saljuk (Saljuq) Ibn Tuqaq adalah seorang pemimpin kaum Turki yang tinggal di Asia Tengah tepatnnya Transoxania atau Ma Wara’ al-Nahar atau Mavarranahr.

5. Periode Kelima (590 H/ 1194 M – 656 H/ 1258 M)
Periode ini adalah masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad. Sesudah Saljuk, para khalifah tidak lagi dikuasai oleh kaum tertentu. Tetapi, negara sudah terbagi-bagi dalam berbagai kerajaan kecil yang merdeka. Khalifah al-Nashir (1180-1255) yang berusaha untuk mengangkat kewibawaan kekhalifahan Abbasiyah. Untuk itu ia mencari dukungan atas kedudukannya dengan bekerja sama dengan suatu gerakan dari orang-orang yang memuja Ali. Dari kalangan pengrajin dan pedagang meyakini Ali sebagai pelindung korporasi.


Sementara itu, kekuatan Mongol Tartar mulai merayap dari arah timur dan pada tahun 656 H/1258 H, Hulagu dengan pasukannya memasuki Baghdad dan membunuh khalifah al-Musta’shim dan membunuh penduduk kota ini. Mereka menjarah harta, membakar kitab-kitab dan menghancurkan banyak bangunan. Dengan demikian berakhirlah kekhalifahan Bani Abbas di Baghdad .

.

Tidak ada komentar: