Setiap kita akan terbetik dalam pikiran kita. Mendengar,
membaca setiap hari dari berita, kata orang atau pun tulisan yang berkenaan dengan
politik. Maka kata yang sering didengar adalah semua demi kepentingan diri dan
golongan. Tidak bisa dipungkiri itulah kenyataannya. Tentu ini terjadi
bukan saat ini saja atau di zaman modern. Melainkan sudah ada sejak terdahulu.
Juga seperti itu. Politik.
Ketika kita membahas dinasti Abasiyah maka zaman Umayiah
tak akan terlupakan. Karena ada peradaban besar dalam perjalanan sejarah umat
Islam. Pertama masa Umawiyah dan Kedua masa Abasiyah. Maka yang terlintas dalam
benak kita adalah sebelum kita membahas lebih dalam lagi tentang Abasiyah.
Terlontar pertanyaan, sebab fundamental yang menyebabkan berdirinya dinasti
Abasiyah?
Abasiyah ini telah melewati sekitar 7 Abad. Di sana banyak percampuran agama, politik dan banyaknya perubahan dari sisi budaya dan sosial. Saat itu peradaban mereka sangat maju bahkan mempunyai budaya sangat tinggi .
Abasiyah ini telah melewati sekitar 7 Abad. Di sana banyak percampuran agama, politik dan banyaknya perubahan dari sisi budaya dan sosial. Saat itu peradaban mereka sangat maju bahkan mempunyai budaya sangat tinggi .
Muncul masa Umawiyah setelah tebunuhnya Imam Ali pada tahun
17 Ramadhan tahun (40H – 660 M) dan akhirnya Imam Hasan digantikan oleh
Muawiyah pada awal Robi’ul Awal tahun 41 H. Dan terus berlanjut ke generasi
Umawiyah sampai tahun 132 H. Masa ini jika kita bisa katakan terbagi menjadi 3
partai poliik besar :
Pertama : Penolong bani Umaiyah. Kedua : Penolong Ali Ra. Ketiga: Khowarij
Sekarang kita mempelajari perjalanan histori dari berdirinya
masa Abasiyah. Sebenarnya ajakan terhadap pendukungan terhadap Ahli bait sudah
lama, saat Nabi meninggal dunia. Maka ajakan untuk kaum Muslimin untuk terus
memberikan dukungan kepada Ahli bait. Tapi masih sedikit dari mereka yang
mendukung atas usulan itu. Dan kurang support dari bangsa Arab saat itu.
Maka lama – kelamaan itu menjadi suatu perkumpulan yang
terkenal sampai saat ini, dengan nama Syiah. Dan membuat sistem untuk
menggulingkan dinasti Umaiyah . Ternyata bukan hanya Syiah saja yang berteriak
tentang keadilan terhadap dinasti Umaiyah. Tapi, di dalamnya ada Mawali,
kelompok non- Arab. Mereka menuntut untuk terus digantikan kepemimpinan dari
dinasti Umaiyah. Dan yang berhak untuk menjadi pimpinan dari kaum Musim adalah
Quraisy . Itu harapan dari Syiah dan Ahli bait. Saat masa itu fanatisme sangat
kental yang dilakukan Umaiyah terhadap semua kalangan. Semua ditindas apalagi
dari kalangan non- Arab. Bani Umaiyah Sangat mencintai ketururan dari Arab,
tapi bukan dari keturuan bani Hasyim. Maka diakhiri dengan kolaborasi dan terus
melakukan konspirasi terhadap dinasti Umawiyah. Dengan bergabung dan bersama
antara Syiah dan Mawali dengan tujuan sama, Menghancurkan dinasti Umaiyah.
Di sini penulis mengklasifikasikan terhadap beberapa
pembahasan :
Menilik Singkat Dinasti Umaiyah
Perjalanan Histori Dinasti Abasiyah
Sekelumit Perjalanan Sejarah Politk Arab dan Persia
Masa Abasiyah
Manuskrip Sastra Masa Abasiyah
Penutup
Menilik
Singkat Dinasti Umawiyah
Asal Mula Bani Umayyah
Bani Umayyah diambil dari nama Umayyah, kakeknya Abu Sofyan
bin Harb, atau moyangnya Muawiyah bin Abi Sofyan. Umayyah hidup pada masa
sebelum Islam, ia termasuk bangsa Quraisy. Daulah Bani Umayyah didirikan oleh
Muawiyah bin Abi Sufyan dengan pusat pemerintahannya di Damaskus dan
berlangsung selama 90 tahun (41 – 132 H / 661 – 750 M). Muawiyah bin Abi Sufyan
sudah terkenal siasat dan tipu muslihatnya yang cerdik, dia adalah kepala
angkatan perang yang mula-mula mengatur angkatan laut, dan ia pernah dijadikan
sebagai Amir. Ia mempunyai sifat panjang akal, cerdik cendekia lagi bijaksana,
luas ilmu dan siasatnya terutama dalam urusan dunia, ia juga pandai mengatur
pekerjaan dan ahli hikmah.
2. Peta Daerah
Perkembangan Islam Pada Masa Kejayaan Bani Umayyah Dalam upaya perluasan daerah
kekuasaan Islam pada masa Bani Umayyah, Muawiyah selalu mengerahkan segala
kekuatan yang dimilikinya untuk merebut kekuasaan di luar Jazirah Arab, antara
lain upayanya untuk terus merebut kota Konstantinopel. Ada tiga hal yang
menyebabakan Muawiyah terus berusaha merebut Byzantium. Pertama, karena kota
tersebut adalah merupakan basis kekuatan Kristen Ortodoks, yang pengaruhnya
dapat membahayakan perkembangan Islam. Kedua, orang-orang Byzantium sering
melakukan pemberontakan ke daerah Islam. Ketiga, Byzantium termasuk wilayah
yang memiliki kekayaan yang melimpah .
• Atsmofer
Keagamaan
Pada zaman terdahulu Arab Jahiliy sangat kental dengan
tradisi penyembahan terhadap patung. Tapi ketika Islam datang terang
menderanglah hati mereka dengan kemulian. Dari kehidupan yang rusak menjadi
kehidupan yang tertata dan teratur. Bahkan meninggalkan dunia, dan selalu mencari
ridha Allah s.w.t . contohnya Farozdak ia adalah seorang sosok penyair yang
terkenal di masa Umawiyah sering dalam syairnya mengambil hikmah dari
Al-Qur’an.
• Atsmofer
Berideologi
Bahwasanya Islam adalah penyebab fundamental atas perubahan
yang terjadi di bangsa Arab terdahulu. Dari zaman ketidaktahuan menjadi tahu.
Dari bodoh berubah pintar, klasik ke modern. Itu penyebabnya Islam. Bangsa Arab
sebelumnya belum pernah ada kemajuan dalam pemikiran. Ketika Islam datang semua
itu berubah. Banyak juga pergerakan – pergerakan keilmuaan dan paling banyak
dimintai berkenaan dengan pergerakan ilmu keagamaan. Di dalamnya ada Al-Qur’an,
sunnah Nabi , dan hukum – hukum Islam. Tentu yang paling terkenal di masa ini
adalah berkenaan dengan Naqoid . Tidak lain kecuali pendalaman dalam syair.
• Atsmofer
Politik
Tentu sejarah telah tertulis perpolitikan di masa ini bergitu
panas . Dan perspektif umumnya umat Islam mengatakan bahwasanya Umawiyah
merampas kekhilafahan atas Ali. Ra. Di sana ada tiga atau mungkin empat partai
yang besar memperjuangkan untuk tumbangnya rezim ini. Pertama : Syiah, Kedua :
Khowarij. Ketiga : Pendukung Zubair. Dan pendukung Zubair ini berasumsi
bahwasanya mengembalikan khilafah ke Hijaz, dan berharap untuk tidak
menggantikan kekhilafahan pada saat itu ke tangan Yazid bin Umaiyah. Khowarij
berasumsi bahwasanya kekhilafahan di kembalikan ke umat Islam secara
keseluruhan. Syiah beranggapan Bani Hasyim yang tepat untuk menjadi khilafah .
Di sana juga banyaknya terjadi koalisi untuk menggulingkan dinasti Umaiyah. Mawali, Syiah, Khowarij. Dengan satu tujuan pegantian khilafah. Antara mawali dan Khowarij sama dan visi mereka. Siapa pun yang menjadi khilafah asalkan bukan Yazid bin Muawiyah. Dan menurut Mawali keadilan yang lebih dituntut oleh mereka, dan memohon kepada dinasti Umaiyah untuk bisa berlaku adil ke siapa pun. Terkhusus non – Arab . Sekarang kita membahas tentang peradaban besar setelah dinasti Umawiyah adalah dinasti Abasiyah. Dan kurang lebih 7 abad sudah dirasakan oleh pemerintahan ini dalam memimpin umat Islam.
Di sana juga banyaknya terjadi koalisi untuk menggulingkan dinasti Umaiyah. Mawali, Syiah, Khowarij. Dengan satu tujuan pegantian khilafah. Antara mawali dan Khowarij sama dan visi mereka. Siapa pun yang menjadi khilafah asalkan bukan Yazid bin Muawiyah. Dan menurut Mawali keadilan yang lebih dituntut oleh mereka, dan memohon kepada dinasti Umaiyah untuk bisa berlaku adil ke siapa pun. Terkhusus non – Arab . Sekarang kita membahas tentang peradaban besar setelah dinasti Umawiyah adalah dinasti Abasiyah. Dan kurang lebih 7 abad sudah dirasakan oleh pemerintahan ini dalam memimpin umat Islam.
Perjalanan Histori Dinasti Abasiyah
Kekuasaan dinasti Bani Abbasiyah merupakan khalifah yang
melanjutkan kekuasaan dinasti Ummayah. Dinasti Abbasiyah merupakan kekuasaan
yang didirikan oleh keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Yaitu Abdullah
Al-Saffan Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Al-Abbas. Pada dinasti
Abbasiyah mencapai masa keemasan Islam. Pada masa itu Islam mencapai puncak
kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban, dan kekuasaan. Selain itu juga
telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, di tambah lagi dengan
banyaknya penerjemah buku-buku bahasa asing ke bahasa arab, dan melahirkan
tokoh-tokoh intelektual muslim.
Penulis Mengklasifikasi Menjadi 3 Bagian :
A. Masa keemasan Bani Abbasiyah.
B. Faktor-faktor pendukung masa keemasan.
C. Lahirnya tokoh-tokoh intelektual Muslim.
A. Masa keemasan Bani Abbasiyah.
Dari perjalanan dan rentang sejarah, ternyata bani Abbas
dalam sejarah lebih banyak berbuat dari pada bani Ummayah. Pergantian dinasti
Ummayah kepada dinasti Abbasiyah tidak hanya sebagai pergantian kepemimpinan,
lebih dari itu telah mengubah, menoreh wajah dunia Islam dalam refleksi
kegiatan ilmiah. Pengembangan ilmu pengetahuan pada bani Abbasiyah merupakan
pengembangan wawasan dan disiplin keilmuan. Kontribusi ilmu terlihat pada upaya
Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan putranya Al-Ma’mun (813-833 M) ketika
mendirikan sebuah akademi pertama dilengkapi pusat peneropongan bintang.
Perpustakaan terbesar dan dilengkapi pula dengan lembaga untuk penerjemahan.
a. Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M)
Khalifah ini dilahirkan di Raiyi pada tahun 145 H, beliau
adalah seorang putra dari Al-Mahdi dan Khai Zuran, beliau diangkat sebagai
khalifah secara resmi pada tahun 170 H. ketika Harun Al-Rasyid memerintah,
negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun ada
juga pemberontakan. Luas wilayahnya mulai dari afrika utara hingga ke India.
Pada masanya hidup pula para filosof, punjaga, ahli baca Al-Qur’an,dan para
ulama dibidang agama. Didirikan pula perpustakaan yang di beri nama Baitul
Hikmah, di dalamnya orang-orang dapat membaca, menulis dan berdiskusi.
Keagungan Pemerintah Di Zaman Harun Al-Rasyid. Pemerintah
khalifah Harun Al-Rasyid merupakan pemerintahan yang baik dan terhormat, bersih
dan penuh kebijakan serta paling luas daerah pemerintahannya. Beliau adalah
seseorang sastrawan pencipta cerita-cerita lama dan syair-syair. Di zaman
pemerintahannya itu baitul mal di tugaskan menanggung nara pidana dengan
memberikan makanan pada setiap orang. Penyebab kekhalifahan Harun Al-Rasyid
menjadi masyhur adalah naunganny atas ilmu pengetahuan, dan mendirikan Baitul
Hikmah yang merupakan sebuah institusi kebudayaan dan pikiran cemerlang ketika
itu, dan merintis jalan ke arah kebangkitan Eropa. Dan yang paling utama adalah
buku “Seribu Satu Malam” yang telah menduduki tempat paling atas dibidang
kesusastraan dunia .
b. Al-Ma’mun (813-833)
Khalifah Al-Ma’mun lahir pada tahun 170 H / 786 M. bertepatan
dengan diangkatnya bapaknya yaitu Harun Al-Rasyid menjadi khalifah Bani
Abbasiyah yang ke enam. Abdullah Al-Makmun diangkat menjadi khalifah Bani
Abbasiyah yang ke delapan setelah saudaranya yaitu Al-Amin meninggal dunia.
Beliau dilantik oleh khalifah Harun Al-Rasyid, Al-Ma’mun menyandang gelar khalifah
pada tahun 198 H. di zaman Al-Ma’mun itu bermulalah kerajaan Tahiriyah, hasil
dari pelantikan terhadap Thahir bin Al-Husain sebagai Amir atau pemerintah bagi
wilayah Khurrosan pada tahun 205 H.
Kerajaan Tahiriyah ini berkelanjutan hingga tahun 259 H. di zaman itu juga bermula kerajaan Ziyadiyah hasil pelantikan terhadap Muhammad bin Ibrahim As-Ziadi, sebagai Amir di negeri Yaman dan Tihamah pada tahun 203 H. Al-Ma’mun merupakan salah seorang tokoh khalifah Abbasiyah yang paling terkemuka, intelektualnya dan kecintaan kepada ilmu pengetahuan serta jasa-jasanya dibidang tersebut yang telah meletakkan dirinya di puncak daftar khalifah-khalifah Abbasiyah. Di Baitul Hikmah beliau mengumpulkan berbagai ilmu pengetahuan asing, dan memerintahkan supaya dibeli dan dikumpulkan untuknya buku-buku karya beberapa bangsa asing, dan memerintahkan supaya diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Pada zaman itulah muncul filsafat Arab yang agung, yaitu Al-Kindi yang menulis mengenai beberapa ilmu pengetahuan .
Kerajaan Tahiriyah ini berkelanjutan hingga tahun 259 H. di zaman itu juga bermula kerajaan Ziyadiyah hasil pelantikan terhadap Muhammad bin Ibrahim As-Ziadi, sebagai Amir di negeri Yaman dan Tihamah pada tahun 203 H. Al-Ma’mun merupakan salah seorang tokoh khalifah Abbasiyah yang paling terkemuka, intelektualnya dan kecintaan kepada ilmu pengetahuan serta jasa-jasanya dibidang tersebut yang telah meletakkan dirinya di puncak daftar khalifah-khalifah Abbasiyah. Di Baitul Hikmah beliau mengumpulkan berbagai ilmu pengetahuan asing, dan memerintahkan supaya dibeli dan dikumpulkan untuknya buku-buku karya beberapa bangsa asing, dan memerintahkan supaya diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Pada zaman itulah muncul filsafat Arab yang agung, yaitu Al-Kindi yang menulis mengenai beberapa ilmu pengetahuan .
Ciri-ciri yang nampak dari dinasti Bani Abbasiyah yang tidak terdapat
di zaman Ummayah antara lain :
1) Dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani
Abbasiyah menjadi jauh dari pengaruh Arab. Sedangkan dinasti Bani Ummayah
sangat berorientasi kepada Arab.
2) Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa
pemerintahan Bani Abbas. Lembaga-lembaga yang menjalani perkembangan pada masa
pemerintahan Bani Abbas diantaranya :
a) Maktab / kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan
terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan, dan tulisan
dan tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu agama seperti tafsir, hadits,
fiqh, dan bahasa.
b) Perpustakaan dan akademi, perpustakaan pada masa itu lebih
merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana
orang juga dapat membaca, menulis, dan berdiskusi.
B. Faktor-faktor pendukung masa keemasan.
Melihat perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan
terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal tersebut sangat
ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai Bahasa administrasi yang
sudah berlaku sejak zaman Bani Ummayah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan.
Di samping itu, kemajuan itu paling tidak, juga
terdapat faktor-faktor pendukung antara lain, yaitu :
a. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa lain
yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan,
asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Pengaruh Persia sangat
kuat dibidang pemerintahan, selain itu juga berjasa dalam perkembangan ilmu,
filsafat dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran,
matematika, dan astronomi. Sedangkan pengaruh yunani masuk melalui
terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat .
b. Gerakan terjemah yang berlangsung dalam tiga fase.
Fase pertama, pada masa khalifah Al-Mansyur hingga Harun
Al-Rasyid, dalam menerjemah karya-karya di bidang astronomi dan mantiq.
Fase kedua, berlangsung mulai masa khalifah Al-Ma’mun hingga
tahun 300 H. buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat
dan kedokteran.
Fase ketiga
berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya
pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluasnya.
C. Lahirnya tokoh-tokoh intelektual Muslim.
Secara garis besar perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi mencapai puncak kejayaan pada masa Harun Al-Rasyid. Dan ada juga
gerakan penerjemah sehingga melahirkan tokoh-tokoh Islam sesuai dengan
keahliannya.
1. Perkembangan
Ilmu Naqli. Ilmu Naqli adalah ilmu yang bersumber dari Naqli (Al-Qur’an dan
Hadits), yaitu ilmu yang berhubungan dengan agama Islam. Ilmu-ilmu itu
diantaranya :
a. Ilmu tafsir Al-Qur’an adalah sumber utama dari agama
Islam. Oleh karena itu semua prilaku ummat Islam harus berdasarkan kepadanya,
hanya saja tidak semua bangsa Arab memahami arti yang terkandung di dalamnya.
Maka bangunlah para sahabat untuk menafsirkan, termasuk didalamnya. Thobari.
b. Ilmu Kalam Yang berjasa dalam menciptakan ilmu kalam
adalah kaum mu’tazilah. Di antara pelopor dan Ahli ilmu kalam yang terbesar
adalah - Washil ibn Atho, Abu Hasan Al-Asyari, Imam Ghazali, Abu Husain
Al-Allaf
c. Ilmu Tasawuf Ilmu tasawuf adalah salah satu ilmu yang
tumbuh dan matang pada zaman Abbasiyah. Bersamaan dengan lahirnya ilmu Tasawuf
muncul pula ahli-ahli
dan ulama-ulamanya, antara lain adalah :
- Al-Qusyairy (W 465 H) kitab beliau yang terkenal adalah
Al-Rissalatul Qusy Airiyah, Syahabuddari, yaitu Abu Hafas Umar Ibn Muhammad
Syahabuddari, Sahrowardy, (W. 632 H) kitab karangannya adalah Awariffu Ma’arif,
Imam Ghazali (W. 502 H) kitab karangannya antara lain : Al-Basith, Maqasidul,
Falsafah, Al-Manqizu Minad Dholal, Ihya Ulumuddari, Bidajatul Hidayah,
Jawahirul Qur’an, dan lain-lain.
d. Ilmu bahasa Pada masa Bani Abbasiyah, ilmu bahsa tumbuh
dan berkembang dengan suburnya, karena bahasa Arab semakin dewasa dan menjadi
bahasa internasional. Ilmu bahasa memerlukan suatu ilmu yang menyeluruh, yang
di maksud ilmu bahasa adalah Nahwu, Sharaf, Ma’ani, Bayan, Bad’arudh, Qamus,
dan Insya.
Diantara ulama-ulama yang termasyhur adalah :
- Sibawaihi (W. 153 H) Muaz Al-Harro (W. 187 H) mula-mula
membuat Tashrif. Al-Kisai (W. 190 H) pengarang kitab tata bahasa. Abu Usman
Al-Maziny (W. 249 H), karangannya banyak tentang Nahwu.
e. Ilmu Fiqh Zaman Abbasiyah yang merupakan zaman keemasan
Islam telah melahirkan ahli-ahli hukum (Fuqoha) yang tersohor dalam sejarah
Islam dengan kitab-kitab fiqh (hukum).
- Ahli hadits adalah aliran yaitu : aliran hadits dan ra’yi
pemuka dari aliran ini adalah Imam Malik dengan pengikutnya, pengikut Imam
Syafi’i, pengikut Sufyan, dan pengikut imam Hambali.
- Ahli ra’yi adalah aliran yang mempergunakan akal dan
fikiran dan
menggali hukum. Pemuka aliran ini adalah Abu Hanifah dan
teman-temannya
fuqaha dari irak.
2. Perkembangan
Ilmu Aqli Ilmu Aqli adalah ilmu yang didasarkan kepada rasio, ilmu yang
tergabung ilmu ini kebanyakan di kenal ummat Islam berasal dari terjemahan
asing.
a. Ilmu kedokteran Ilmu ini mulai mendapatkan perhatian
ketika khalifah Al-Mansyur dari bani Abbas menderita sakit pada tahun 765 M,
orang-orang yang terkenal sebagai dokter Islam antara lain.
- Al-Razi (865-925 M) yang terkenal di dunia Barat dengan
sebutan Rozes.
Salah satu karangannya yang termasyhur adalah “campak dan
cacar” dan
- Ibnu Sina Beliau menulis ensiklopedinya tentang ilmu
kedokteran yang kemudian terkenal dengan nama Al-Qanun Fi Al-Thib, dan bukunya
” dianggap sebagai himpunan perbendaraan ilmu kedokteran. Penulis Barat
menjuluki Ibnu Sina sebagai “Bapak dokter’
b. Ilmu Filsafat, Al-Kandi. Al Kandi terkenal dengan sebutan
‘Filosuf Arab”. Beliau menganut aliran Mu’tazilah dan kemudian belajar
filsafat.
Al-Farabi Ia mengarang buku “Maqasid Al-Falasifah” yang
menjelaskan pemikiran-pemikiran filsafat, terutama menurut Ibnu Sina, kemudian
ia mengeritik dan menghancurkannya dengan bukunya “Tahaf’ut Al-Falsifah”
(kekacauan para filosof). Karangannya yang lain adalah Ihya Ulumuddin.
- Ibnu Rusyd
Dalam bidangan kedokteran terdapat 16 jilid buku yang bernama
“Kulliyat Fi Al-Thib” (aturan umum kedokteran) . Dari beberapa permasalahan
yang diuraikan di atas dapat kita simpulkan bahwa Bani Abbasiyah merupakan
penerus Bani Ummayah pada masa ini, Islam mencapai puncak keemasan dan
mengalami kejayaan di berbagai bidang, baik intelektual, ekonomi, dan kekuasaan
yang telah melahirkan berbagai ahli ilmu pengetahuan. Keberhasilan tersebut
tentunya terdapat faktor-faktor yang menyebabkannya keberhasilan tersebut.
Sebagaimana penulis telah menguraikannya.
Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abu al Abbas al Shaffah (750
– 754)M. Dinasti Abbasiyah menjalankan imperium kekuasaannya hampir selama 7
abad yakni semenjak tahun 750 – 1258 M . Dinasti ini runtuh akibat serangan
bangsa mongol yang dikomandani oleh panglima besar mereka Hulagu Khan pada
tahun 1258 M .
Perjalanan Politik Arab dan Persia Masa Abasiyah
membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi lima
periode, yaitu :
1. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M)
Periode ini disebut periode pengaruh Persia pertama. Pada
periode ini, pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya. Secara
politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat
kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat
mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi
perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode
ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik,
meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
Dinasti Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada perluasan wilayah. Walaupun demikian pada periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar.
Dinasti Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada perluasan wilayah. Walaupun demikian pada periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar.
2. Periode Kedua
(232 H/ 847 M – 334 H/ 945 M)
Periode ini disebut masa pengaruh Turki pertama. Untuk
mengontrol kekhalifahannya Al-Ma’mun bergantung kepada dukungan Tahir, seorang
bangsawan Khurasan yang sebagai imbalan diangkat sebagai gubernur di Khurasan (820-822)
dan jenderal bagi seluruh pasukan Abbasiyah dengan janji bahwa jabatan ini akan
diwarisi oleh keturunannya.
Al-Ma’mun dan Al-Mu’tashim mendirikan dua kekuatan bersenjata
yaitu; Pasukan syakiriyah yang dipimpin oleh pemimpin lokal dan pasukan Gilman
yang terdiri dari orang -orang Turki. Yang penting dicatat di sini adalah kalau
pada masa kejayaannya bani Abbas mendapat dukungan militer dari rakyatnya
sendiri, pada masa kemunduran ini mereka bergantung kepada pasukan asing untuk
dapat berkuasa atas rakyatnya sendiri, sehingga pemerintahan pusat menjadi
lemah. Masa-masa berikutnya sampai kedatangan kekuatan Bani Buwaih.
3. Periode Ketiga (334 H/ 945 M – 447 H/ 1055 M)
Periode ini adalah periode masa kekuasaaan dinasti Buwaih
dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh
Persia kedua. Abu Syuja’ Buwaih adalah seorang berkebangsaan Persia dari
Dailam. Ketiga anaknya : Ali (‘Imad al-Daulah), Hasan (Rukn al-Daulah), dan
Ahmad (Mu’izz al-Daulah) merupakan pendiri dinasti Bani Buwaih.
4. Periode
Keempat (447 H/1055 M – 590 H/ 1194 M)
Periode ini adalah masa kekuasaan dinasti Bani Saljuk dalam
pemerintahan khilafah Abbasiyah atau disebut juga dengan masa pengaruh Turki
kedua. Saljuk (Saljuq) Ibn Tuqaq adalah seorang pemimpin kaum Turki yang
tinggal di Asia Tengah tepatnnya Transoxania atau Ma Wara’ al-Nahar atau
Mavarranahr.
5. Periode
Kelima (590 H/ 1194 M – 656 H/ 1258 M)
Periode ini adalah masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti
lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad. Sesudah
Saljuk, para khalifah tidak lagi dikuasai oleh kaum tertentu. Tetapi, negara
sudah terbagi-bagi dalam berbagai kerajaan kecil yang merdeka. Khalifah
al-Nashir (1180-1255) yang berusaha untuk mengangkat kewibawaan kekhalifahan
Abbasiyah. Untuk itu ia mencari dukungan atas kedudukannya dengan bekerja sama
dengan suatu gerakan dari orang-orang yang memuja Ali. Dari kalangan pengrajin
dan pedagang meyakini Ali sebagai pelindung korporasi.
Sementara itu, kekuatan Mongol Tartar mulai merayap dari arah timur dan pada tahun 656 H/1258 H, Hulagu dengan pasukannya memasuki Baghdad dan membunuh khalifah al-Musta’shim dan membunuh penduduk kota ini. Mereka menjarah harta, membakar kitab-kitab dan menghancurkan banyak bangunan. Dengan demikian berakhirlah kekhalifahan Bani Abbas di Baghdad .
Sementara itu, kekuatan Mongol Tartar mulai merayap dari arah timur dan pada tahun 656 H/1258 H, Hulagu dengan pasukannya memasuki Baghdad dan membunuh khalifah al-Musta’shim dan membunuh penduduk kota ini. Mereka menjarah harta, membakar kitab-kitab dan menghancurkan banyak bangunan. Dengan demikian berakhirlah kekhalifahan Bani Abbas di Baghdad .
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar