Rabu, 20 Juni 2012

Muslim Negarawan Kekuatan Pergerakan




Bahwasanya kebanyakan orang Barat mempunyai persepsi tentang Islam. Bahwa Islam mempunyai pemikiran yang kaku dan jumud. Dan para ilmuan barat memberikan nama untuk orang Islam dengan sebutan ghaula (Kerusakan, malapetaka) jika di sana ditemukan orang yang beragama Islam, maka itu sebutan dari Barat. Terminologi sederhananya bahwasanya umat Islam adalah sumber kerusakan dan malapetaka bagi dunia.

Strategi itu telah disiapkan oleh Barat untuk memberikan stigma negatif yang terus ada di dalam benak Barat atas paradigmanya terhadap Islam. Pada esensinya kebanyakan setiap kata dalam bentuk dikotomis yang dilontarkan kepada Islam itu mengajak kepada pemikiran dan penggambaran dari komunitas Barat. Oleh karena itu mereka memberikan stigma negatif terhadap umat Islam. Takut umat Islam akan menjadi negara yang maju dan takut kalau orang orang Barat banyak yang masuk Islam

Polarisasi bahwasanya adanya agama Islam dan pengaruhnya dalam masyarakat dan politik, yang memberikan presepsi yang bervariasi yang di bawa Islam yang fundamental sebagaiamana yang nampak dan jelas dari eksperimen di dunia Islam modern saat ini. Dan bagimana merealisasikan undang-undang Islam? Dan apa pengaruh mengaplikasikan syariat Islam dalam kekuatan pergerakan politik Islam? Bagaimana buruknya Barat dalam meintrepretasikan tentang politik dengan contoh yang selalu dilebihkan yang selalu membuat masyakarat Barat selalu phobia terhadap yang bercorak Islam?





Islam dan Negara Di Era Moderen

Dipertengahan abad 20 kebanyakan dari negara Islam telah meimplementasikan independensi politik (politik bebas). Oleh karena itu pengaruh Barat selalu berkembang dan semakin maju. Dan jika kita perhatikan perjalanan atau rute yang dijalankan oleh negara Islam berbentuk sekula yang kebanyakan di pemerintahan Islam. Sampai di negara yang bermain di dalamnya peran Islam, mungkin kita katakan seperti pergerakan nasional. Yang sesungguhnya generasi dengan kekuasaan Islam yang ada saat ini tertuju kepada sistem sekular. Dan ketika seseorang mengamati dunia orang Islam maka kita akan temukan tiga contoh keterkaitan antara agama dan dunia mungkin bisa kita bedakan di antaranya: Islamis (Agamis) sekular, Islam abangan/awwam,

Dahulu Arab Saudi telah mendeklarasikan menjadi negara Islam yang didirikan oleh keluarga kerajaan Sau’ud mengunakan syariat Islam, yang berasumsi bahwasanya telah mengunakan syariat Al-Qur’an dan Sunnah. Dan juga keluarga Sau’ud telah menjalin hubungan dengan ulama agama yang telah merasakan kesenangan dengan kedudukan yang istimewa anggapan mereka penasehat pemerintahan dan pegawai dalam undang-undang pendidikan, konstitusi dan mengaplikasikan undang-undang Islam dalam proyeksi syariah atas perpolitikan dalam negeri dan luar negeri.

Ketika penghujung akhir dari gelanggang kita lihat Turki. Sisa dari salah satu dari kerajaan Ustmaniyah yang telah menjadi corak sekular, masalah keagamaan yang terikat kuat dalam pembahasan setiap individu orang Turki. Pada saat kepemimpinan Turki di bawah rezim Kamal At-Tatruk (Pada tahun 1923-1928) dengan kinerjanya sebagai westeren yang sangat komprehensif dari kinerja yang ia lakukan adalah dengan cara merubah bahasa dan sejarah, sebagaimana berubahnya agama dan politik di Turki. Dan telah berubahnya huruf bahasa Arab kepada huruf latin maka sempurna perubahan yang dilakukan Kamal At-Tattruk dalam visinya merubah Turki. Dan Kamal At-Tattruk merubah dan mencabut sistem Khilafah dan sultan di Turki terusir, dan melarang adanya kekhilafahan dan memisahkan antara agama dan negara. Menutup sekolah agama, mengharamkan pemakaian resmi sekolah agama, merubah sistem pemerintahan dengan sebutan yang digunakan oleh Barat dengan terminogi yang bercorak latin.

Dalam keadaan apapun sesungguhnya mayoritas dari negara Islam berdiri diposisi demokrasi, walaupun negaranya mayoritas Islam dan dimana mayoritas penduduknya orang Islam dan peninggalan-peningalan Islam. Memulai menjadikan perjalanan sekular sangat berkembang dan proporsional. Di antara munculnya mayoritas kebanyakan pembenaran kepada Barat riset atas dasar pendirian atasnya hukum konstitusi modern dengan pengaturan konstitusi dan pendidikan. Dan juga diletakan atasnya syarat-syarat Islami disetiap undang-undang yang adanya tuntutan pemimpin negara Islam atau menjadikan syariat Islam sebagai sumber hukum dan undang-undang. Sesungguhnya berusaha dalam menghegemoni atas agama dengan menkorelasikan yayasan agama di dalam administrasi—di bawah menteri keadilan pendidikan dan DEPAG (departemen agama).

Dengan pengecualian yang sangat sedikit memandang kepada hal yang umum dan visi-visi mengikuti langkah-langkah yang ada di dalam pengajaran di Barat. Ia telah membuat semua sistem yang ada semuanya menoleh kepada Barat dan dari tiap coraknya.

Setiap ideologi harus mengikuti kepada orang yang berkuasa dengan sistem dan contoh Barat memaksakan kepada bentuk sekular dari kesenangan dan cakupan dari nasionalis yang d mana terbatas agama Islam dalam pembicaaran tentang kehidupan khusus pengganti kehidupan yang umum tidak secara detil lagi melainkan percakapan agama hanya sekedar kulit luarnya saja. Dan yang memiliki corak lokal, Mesir, Suriah, Libia, atau cuaca dan bahasa (Arab-Latin) dari komunitas sosialis. Dan dimulai pemantauan sekular dengan merubah corak ini semua tidak ketika pada tahun 60-an dalam keadaan apapun dan corak sekular ini ketika pada tahun 70-an hingga 80-an. Dan dimulai yang sangat jelas di negara Sudan, Mesir, Libia, Iran, perbedaan penggunaan Islam dan nampaknya dari tempat yang lain dengan corak yang berbeda.

Dan perbedaan yang ada itu disebabkan oleh bervarasi alibi di antaranya karena faktor politik, sosial, kepemimpinan, ekonomi, sesuai dengan pemahaman tentang Islam dan pengaplikasiannya dalam kehidupan. Dan penggunaan nama Islam itu bisa sebagai tantangan atau ancaman berjalan bersama. Dan itu sumber independensi atau liberal. Sistem ini bisa digunakan dalam konstitusi Islam atau non Arab.

Dan seperti pemerintahan militer yang pada tempo dulu oleh Muammar Al-Qadafi di Libia dan Ja’far Muhammad Namiri di Sudan, Anwar Sadat di Mesir, Dzul Al-Faqar Ali Bhutu di Pakistan dan jendral Dhiyaul Haq di Pakistan. Mereka semua itu berlindung atas nama Islam untuk memperkuat eksistensinya dan memberikan motivasi kepada rakyat untuk selalu berbakti kepada pemerintahan.

Dan sebagai yang kontraveri adalah Bhur Qibhah di Tunisia dan Syah di Iran yang mengikuti sistem sekular lebih jelas. Setiap para pemimpin salah satunya Qadhafi dan Namiri dengan partisipasi dalam keterkaitannya dengan pemimpin Mesir Jamal Abdul Nasir dan sebagai pemimpin Qadhafi dan Namiri pada tahun 1969 mereka menjadikan revolusinya Abdul Nashir pada bulan Juli 1952 dan dipilihlah jama’ah Nashir di dalam Kumpulan Sosialis Arab dengan pandangannya terhadap persatuan arab pada tahun 1970 Qadhafi dan Nashir dan Namiri membuat MOU (Memorendum Of Understanding) Tarablus yang di sana ada visinya ialah adanya koalisi universal antara Mesir, Libia, Sudan, dan ditandatangani perjanjian itu oleh Anwar Sadat, Khalifah Abdul Nashir.

Ketika kesulitan padang pasir atau ketika kekalahan bangsa arab pada tahun 1927 dan telah ditetapkan dari kegoncangan kredibilitas di bangsa arab berubahlah menjadi revolusi sosialis di Sudan, Libia, Mesir, dan menjadikan Islam ideologi yang selalu jadi landasan.

Jadi Islam mengajarkan kita untuk masuk Islam secara komprehensif jangan parsial, maksudnya apa? Kita mengambil ajaran Islam yang mendukung peran kita dimasyakarat. Kita menjalankan Islam yang mudah, kalau berat sedikit sudah mengeluh bahkan tidak dilaksanakan. Islam masuk ke dalam semua sisi kehidupan, Islam mengatur cara makan, tidur, bahkan masalah pemerintahan atau Negara. Islam punya peran penting untuk kemajuan suata bangsa. Jangan kita pisahkan antara Negara dan Islam. Akan rancu dan membuat bingung. Ada istilah Negara itu banyak bohong, korupsi, kotor. Agama itu bersih dan suci. Kenapa yang suci dicampur dengan yang kotor? Akan hilang subtansi dari Islam itu. Asumsi itu salah. Karena dengan adanya Islam mengurus tata Negara insya Allah negara itu akan makmur. Tapi yang harus kita perhatikan bersama, bahwasanya kadang agama itu dijadikan topeng dan alat untuk mengambil suara untuk memegang jabatan atau kekuasaan. Atas dasar Islam dia jual agama untuk mendapatkan pujian dan kekuasaan. Nauzubillah min zalik
Waalahu a’lam

Tidak ada komentar: