Mesir
dan Presiden
Proses perjalanan politik Timur Tengah terus memanas mencari
arti dari kebenaran dari sudut yang berbeda dan memberi makna dari tersimpannya
kebohongan. Mesir negara yang punya pengaruh besar di kawasan, mempunyai daya
tarik yang sangat mahal di mata musuh atau pun sekutunya. Dan Mesir mempunyai sungai Nil yang
menghidupkan benua Afrika, ada Terusan
Zues dimana ada sumber ekonomi yang luar
biasa. Punya peradaban yang besar, sejarah yang memukau, peninggalan bangsa
bangsa terdahulu yang masih ada sampai sekarang sebagai bukti akan majunya
Mesir pada waktu itu.
Kalau kita lihat politik Mesir maka yang tergambar dalam
benak kita adalah kediktatoran – kerakusan – korupsi -. Birokrasi yang rusak dan
negara tidak bersistem membuat Mesir
menjadi salah satu negara tertinggal di Dunia.
Kebosanan rakyat Mesir terhadap undang undang yang ada di
Mesir yang selalu memarginalkan golongan miskin dan tidak mempedulikan mereka
adalah ciri khas dari sistem yang ada di Mesir. Rakyat Mesir terkenal dengan
penghapal Quran yang banyak – pengajian Islam dimana mana. Tapi, tidak bisa banyak
bergerak di bawah pemerintah yang otoriter yang selalu bergerak di bawah naungan
Amerika dan sekutunya.
Padahal rakyat Mesir
kebanyakan dari mereka tidak menyukai Amerika dan membenci Israel, tapi
pemerintah Mesir masih saja terus berusaha mengemis dan meminta bantuan
terhadap mereka. Menjalin hubungan diplomatik dengan Israel dan memperkokoh perjanjian
camp david yang dimana perjanjian itu sangat merugikan Mesir.
Demi menjaga kehancuran negara maka Mesir memberanikan diri
untuk melakukan pinjaman di Washington. Mesir telah meminta Bank Dunia memberi
pinjaman sebesar US$1 miliar untuk membantu membangun kembali perekonomian.
Dana itu untuk membantu kekurangan fiskal dalam upaya
pemulihan dari pergolakan politik setahun terakhir. Setelah penggulingan Husni Mubarak
pada Februari 2011, gejolak berlanjut di jalanan memusnahkan banyak sektor
pariwisata, sektor pendapatan penting negara dan merusak sektor bisnis.
Utang yang besar itu apakah Presiden yang akan terpilih nanti
bisa melunasi utang utang itu dengan berbagai kebijakan yang jitu dan tepat.
Atau Presiden yang akan datang ini malah membuat Mesir tambah hancur?!
Penulis pernah bertanya kepada penjual roti, " apa yang
anda harapkan dari Presiden yang baru nanti?
Maka dia pun menjawab, " Saya ingin Mesir ini berubah
menjadi lebih baik lagi, Mesir ini ada Terusan Suez sumber ekonomi yang besar.
Tapi kenapa rakyat masih miskin, Mesir banyak gas tapi kenapa masih kurang gas
di dalam negeri, tiada lain disebabkan export gas Mesir ke Israel. Kami ingin
merubah sistem yang rusak itu dan mengganti semua generasi lama dengan para
pejuang revolusi". Tuturnya.
Memang yang memantau perkembangan ini bukan hanya rakyat
Mesir tapi seluruh dunia, sebab Mesir adalah negara strategis yang ada di Timur
Tengah tentu punya magnet yang besar. Dan rakyat Palestina yang sangat menantikan
pemilihan Presiden ini. Rakyat Palestina
sangat memberikan dukungannya terhadap Muhamad Mursi sebagai Presiden Mesir.
Sebab sosok Muhamad Mursi sangat bisa diharapkan untuk perjuangan Palestina
dibandingkan dengan Ahmad Syafiq. itulah anggapan mereka terhadap tokoh yang telah diusung oleh Ikhwanul Musliminin
ini. Dan Presiden Mesir Mahmud Abbas mengatakan, " Palestina tetap
menghormati pemilihan Presiden di Mesir.
Kalau dari kubu Ahmad Syafiq, Di balik pemilihan Presiden itu
tersirat pertanyaan mengenai stabilitas di Mesir dan sekitarnya. Selama
berpuluh tahun, kawasan Timur Tengah diwarnai persaingan Israel-Palestina di
Jalur Gaza. Memasuki dekade 2010, situasi memanas dengan adanya masalah nuklir
Iran. Bila kemenangan jatuh ke tangan Shafiq, posisi Mesir akan tetap seperti
yang dilakukan di era Mubarak.
Pada masa Mubarak berkuasa, Mesir menjalin akta perdamaian
dengan Israel. Sejak 1979, strategi kawasan Israel pun senantiasa berlindung
kepada Mesir, termasuk suplai gas hingga 40% untuk negara Yahudi tersebut. Bila
Shafiq menang, berarti pemimpin Palestina akan tetap mengalami kesulitan. Itu semua opini yang tersebar dikalangan
rakyat Palestina.
Hamas berharap Mesir di bawah kepemimpinan Mursi bakal
mengurangi boikot ekonomi Israel di Gaza. Kubu itu pun percaya Ikhwanul
Muslimin akan memegang penuh kontrol di Kairo. "Kelompok Islam di
Palestina melihat masa depan mereka terkait erat dengan kemenangan Mursi.
Memang salah satu keunggulan rezim pemerintahan Mubarak di
mata Israel adalah keberhasilan rezim itu menerapkan blokade terhadap Gaza.
Rezim Mubarak menutup jalur perlintasan langsung ke Mesir meski sangat
dibutuhkan warga Gaza untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka dalam mengatasi
boikot yang diterapkan Israel. Israel menuding perlintasan Palestina-Mesir
merupakan jalur utama penyelundupan senjata untuk melawan mereka.
Para pengamat pun menilai seandainya Mursi memenangi pemilihan
Presiden Mesir, ada kemungkinan Mesir keluar dari kesepakatan damai dengan
Israel. Selama ini, Israel telah
mendapat banyak keuntungan dari perjanjian yang diteken Presiden Mesir Anwar
Sadat dan PM Israel Menachem Begin di Washington DC Amerika Serikat pada 26
Maret 1979 tersebut.
Dengan perjanjian itu, Israel bisa memangkas anggaran militer
besar-besaran. Perjanjian tersebut juga banyak membantu mereka dalam menangani
konfrontasi dengan Palestina. Selama
revolusi Mesir berlangsung, perjanjian itu menjadi tidak menentu. Apalagi,
sepanjang kampanye pemilihan presiden, hampir seluruh kandidat melontarkan
kampanye kebencian terhadap negara Yahudi itu.
"Beberapa pihak berpikir Ikhwanul Muslimini akan menjadi
lebih pragmatis ketika memegang kekuasaan. Tapi itu masih diragukan. Kami lebih
memilih rezim lama yang direpresentasi Shafiq," ujar pemimpin Pusat Kajian
Strategis Begin-Sadat Universitas Bar-Ilan, Efraim Inbar.
Mantan diplomat Israel Oded Eran menyebut akan muncul
kesepakatan baru bila sosok Ikhwanul Muslimin memenangi pemilihan Presiden di Mesir.
"Bila kerja sama terus berjalan pun tidak akan menghilangkan sentimen
anti-Israel yang sudah menyebar di Mesir," tukas Eran.
Adapun analis lainnya ada yang berpendapat kemenangan
Ikhwanul Muslimin dalam pemilihan Presiden di Mesir akan memperburuk perang
dingin antara Mesir-Israel. Jadi banyaknya persepsi dari para pengamat tentang
kelebihan dari Mursi dan Syafiq dan kekurangannya, tentunya rakyat Mesir lebih
mengetahui, siapa yang berhak memimpin negaranya.
Rakyat Mesir sangat phobia dengan rezim lama atau orang orang
yang bergerak di rezim lama. Sebab Itulah sebagian rakyat Mesir mengatakan sistem
yang lama wajib diganti oleh rezim baru. Bahkan Sayyid al-Affany, sekretaris Jenderal
Partai Nur di Beni Suef, Mesir mengatakan : " Bahwa penerapan hukum buatan
manusia di Mesir bertujuan untuk menerima nilai-nilai dan hukum Barat yang bertentangan dengan hukum Islam dan
tradisi Mesir, dimana hukum tersebut memungkinkan orang melakukan
perselingkuhan dan kemurtadan.
Sistem yang rusak akan menyebabkan negara yang rusak, rakyat Mesir tidak bisa berbuat banyak apalagi pemerintah yang mempunyai sifat
otoritarian. "Nasi sudah jadi bubur " itulah pepatah yang sesuai buat Mesir sekarang. Hanya
saja generasi yang dipimpin oleh gerakan
Ikhwanul Muslimin dan Salafi tidak tinggal diam untuk merubah Mesir menjadi
lebih baik. Gerakan Islam sudah mulai memandang bahwasanya politik mesti
dikuasai supaya terhindar dari intimidasi dari pemerintah yang takluk di bawah
kekuasaan Amerika.
Sebelumnya Salafi mengharamkan berpolitik tapi disebabkan
sudah saatnya Salafi juga turun ke dunia politik karena sudah tidak tahan
dengan undang undang yang ada diparlemen yang merusak akidah umat Islam. Maka
Ikhawanul Muslimin dan Salafi menjadi suatu kekuatan yang besar buat kemajuan
Islam di Mesir.
Pemilihan Presiden Mesir sekarang tengah dilaksanakan maka
kita juga akan berfikir, siapakah yang berhak menjadi Presiden Mesir dan
merubah Mesir menjadi negara yang berwibawa dan bermartabat di mata dunia.
Muhamad Mursi atau Ahmad Syafiq?!
Maka biarlah waktu yang menjawabnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar